JURUS JITU MENULIS BUKU UNTUK ORANG SIBUK

“Yang mungkin diperlukan bukanlah suatu ‘bakat’ istimewa, tetapi lebih pada keinginan dan minat yang besar untuk mau belajar, membangun kebiasaan menuangkan gagasan lewat tulisan.”
Andrias Harefa
(Penulis buku-buku best seller)

Sungguh saya tidak ingin anda berlama-lama membaca artikel ini. Hampir dalam setiap pembahasan mengenai tulis-menulis, orang bertanya atau berargumentasi soal perlu tidaknya bakat menulis. Perdebatan apakah seseorang perlu ada bakat dulu baru bicara menulis buku sesungguhnya tidak berguna. Katakanlah anda memvonis diri anda tidak berbakat, kemudian orang lain ikut-ikutan dengan cap yang anda buat tadi, maka menulis buku hanya akan tinggal mimpi belaka. Jika anda sudah lebih dulu memvonis diri anda tak berbakat menulis, tak mampu menulis, tak ada waktu menulis, tak ada ide untuk ditulis, maka jangan harap anda bisa membuat buku. Soal mampu atau tidak mampu, bakat atau tidak bakat, kadang itu hanya soal konstruksi mental yang keliru. Jika konstruksi mental sudah tidak pas, biasanya anda akan sulit melihat peluang-peluang yang bisa anda manfaatkan untuk merealisasikan gagasan-gagasan anda.

Jadi, pada kesempatan pertama ini, penting sekali untuk membenahi dulu keyakinan anda, bahwa menulis buku itu tidak sesulit yang anda duga, atau tidak memerlukan kemampuan-kemampuan yang melebihi rata-rata orang. Percayalah, semua orang bisa menulis buku, dengan satu dan lain cara. Contoh-contoh pada artikel sebelumnya telah membukakan wawasan kita, bahwa dari segala macam profesi, latar belakang sosial, pendidikan, bahkan latar belakang usia pun tak menghalangi orang untuk menulis buku.

Saya punya anggapan mendasar, jika anda pernah menulis buku harian, surat cinta, menulis puisi, membuat pantun, membuat ringkasan, menulis paper, menulis resensi buku, menyusun skripsi, menyusun rencana bisnis, menulis laporan, membuat presentasi, berarti anda punya bakat menulis. Ini semua merupakan cikal-bakal kemampuan menulis yang sangat potensial. Yang diperlukan adalah mengasah kemampuan tersebut, lalu memakai teknik yang tepat untuk menulis jenis buku yang anda inginkan.

Katakanlah anda tak pernah menulis sama sekali, tetapi anda adalah orang yang menguasai satu bidang tertentu yang unik, menguasai profesi anda, memiliki hobi yang menarik, memiliki kemampuan-kemampuan khusus yang layak jual, suka mendiskusikan hal-hal tersebut, suka mengajari orang lain untuk melakukannya, dan anda sangat menyukai bidang-bidang tadi, maka peluang menulis buku juga sangat besar.

Atau jika anda adalah orang yang suka presentasi, sering melakukan brainstorming, sering mendiskusikan ide-ide atau berita-berita terbaru, kerapkali diundang ceramah, hobi berpidato, berkotbah, mendongeng, sering diwawancarai wartawan, suka bersosialisasi, seorang public figure, serta memiliki pengalaman-pengalaman menarik yang layak dibagikan kepada orang lain, itu pun menjadi modal besar bagi perwujudan buku anda. Berbekal apa yang sudah ada dalam diri sendiri pun, anda sudah siap mengarungi proses penulisan buku yang sangat mengesankan.

Seperti yang akan segera anda ketahui melalui artikel-artikel berikutnya, menulis buku bukan semata-mata persoalan kemampuan menuliskan gagasan-gagasan anda. Benar menulis adalah basic skill yang perlu dikuasai, namun ada sejumlah aspek lain yang mempengaruhi penyusunan buku. Sebut misalnya aspek penggalian dan pemrosesan ide, ketrampilan membuat outline, eksplorasi bahan tulisan, teknik penulisan secara cepat, teknik pengayaan buku, dll. Jika anda lemah di salah satu aspek tersebut, anda bisa menutupnya dengan teknik atau cara-cara tertentu.

Setelah menemukan teknik-teknik menulis dengan cepat, saya baru menyadari bahwa selama ini saya telah terbelenggu oleh keyakinan yang keliru mengenai penulisan buku. Menulis atau mengarang buku itu sulit! Padahal, sejak kecil saya sudah menyukai hal yang berbau tulis-menulis. Sudah sejak SD saya menulis buku harian, menulis dongeng anak, kadang-kadang puisi atau pantun. Saya juga suka menulis surat untuk ibu yang jauh di perantauan.

Sementara waktu SMP saya pernah menulis sebuah novel tulis tangan di atas buku tulis bergaris berjudul Lima Sekawan (saya menyesal tak dapat menemukan fosil novel tersebut), menulis laporan perjalanan mengenai pembangunan kembali Candi Borobudur, membuat cerpen, membuat kartun dengan teks, membuat komik, dan mengirimkan sebagian karya saya tersebut ke berbagai media. Meski tak satu pun yang dimuat toh saya suka memamerkannya pada saudara-saudara atau teman-teman dekat saya. Saya mengabaikan bahwa aktivitas sepele ini sesungguhnya merupakan cikal-bakal dunia penulisan yang akhirnya menjadi jantung hidup saya.

Jika apa yang saya lakukan di masa kecil dan masa remaja tadi dibilang sebagai bakat, mungkin tidak jadi soal. Namun bakat itu sendiri tak pernah memberikan apa-apa jika tidak diasah dan dikembangkan. Saya yakin, anda pasti pernah atau mungkin sering menjumpai orang-orang yang memiliki bakat menulis namun tidak pernah menghasilkan karya berarti sampai detik ini. Sebaliknya, mungkin anda juga pernah mendapati saudara, teman dekat, teman waktu kecil, kolega atau mitra bisnis, yang karena ketekunannya berlatih atau menguasai teknik penulisan tertentu, akhirnya berhasil menulis buku atau karya-karya tulis lainnya yang bermakna.

Kini saya menemukan inti persoalan bakat atau tidak bakat. Sekecil apa pun kemampuan menulis kita, itu bisa diasah dan dilatih terus-menerus, ditingkatkan dengan memperbaiki teknik, diperkaya dengan bahan bacaan, dan tentu saja harus diwujudkan dalam bentuk karya yang bisa dibaca. Ternyata, latihan terus menerus, keberanian mencoba menuangkan gagasan sendiri, serta keyakinan baru inilah yang paling banyak berperan dalam mewujudkan mimpi-mimpi saya menyangkut penulisan buku. Sama sekali bukan karena bakat!

Nah, bagaimana dengan anda? Saya yakin, jika anda membaca artikel ini, sesungguhnya hasrat menulis buku cukup besar di benak anda. Bahkan dengan berani saya katakan, ada potensi tersembunyi yang begitu kuat sedang mendesak-desak untuk diaktualkan, yaitu potensi menjadi penulis buku. Kalaulah anda malu mengakuinya, saya memperkirakan, sekurang-kurangnya anda adalah seorang pecinta buku. Ini sudah merupakan modal dasar yang fundamental untuk menulis buku. Mari kita buktikan pada artikel-artikel berikutnya.[ez]

(Bersambung ke artikel 3: Menulis Buku – Tak Perlu Nunggu Dipenjara. )*

* Edy Zaqeus adalah penulis buku-buku best-seller, konsultan penulisan & penerbitan, editor Pembelajar.com, dan trainer di Sekolah Penulis Pembelajar (SPP). Ia juga mendirikan Bornrich Publishing dan Fivestar Publishing yang berhasil menerbitkan sejumlah buku best-seller. Nantikan workshops Edy Zaqeus tentang “Membuat Blog Menjadi Buku”, “Cara Gampang Menerbitkan Buku Sendiri”, dan “Cara Gampang Menulis Buku Best-Seller” pada November-Desember 2007 ini (Info selengkapnya, hubungi SPP di 021-7828044). Edy dapat dihubungi di: https://ezonwriting.wordpress.com atau edzaqeus@gmail.com.