14 Agustus 2006 – 13:39 (Diposting oleh: Editor)
Seri Artikel Write & Grow Rich

Saya ingin berbagi kiat tentang cara mendapatkan endorsement yang sempat ditanyakan dan dibahas oleh beberapa rekan penulis di milis Penulis Best Seller (penulisbestseller@yahoogroups.com), yang saya moderatori bersama sejumlah rekan penulis. Kebetulan belum lama ini, saya membantu sejumlah klien dan penulis yang bukunya akan diterbitkan oleh Bornrich Publishing (penerbitan independen yang saya dirikan) untuk mendapatkan endorsement dari tokoh-tokoh tertentu. Hampir semua berhasil seperti yang diharapkan, dan hanya sedikit saja yang tidak berhasil karena faktor kesibukan yang luar biasa dari si calon endorser, atau karena faktor nonteknis lainnya. Dan ada beberapa hal yang menjadi catatan saya berkenaan dengan penggunaan endorsement dalam sebuah buku.

Dalam pengamatan saya, akhir-akhir ini endorsement semakin sering dipasang oleh penulis atau penerbit untuk tujuan pemasaran. Semakin banyak penulis yang sadar bahwa endorsement dari tokoh yang relevan memiliki efek promosional yang signifikan. Dunia buku tak ubahnya bidang industri yang lainnya, yang mana para pelakunya juga harus memahami betul fungsi-fungsi marketing. Oleh sebab itu, endorsement bukan lagi menjadi menu pelangkap, tapi bahkan menjadi salah satu menu utama untuk mendukung promosi buku. Bahkan ada penerbit besar yang sejak awal sudah mensyaratkan endorsement sebagai pelengkap naskah buku yang diajukan oleh para penulis.

Menurut saya, endorsement buku adalah sebuah “iklan” atau “promosi” yang tak beda jauh dengan endorsement pada produk-produk selain buku. Endorsement dibutuhkan karena bisa membantu pembaca (calon pembeli buku) untuk menentukan pilihannya. Endorsement berfungsi sebagai pengukuh terhadap penulis maupun isi bukunya. Endorsement juga bermanfaat untuk menegaskan segi kemanfaatan dari sebuah buku. Yang pasti, endorsement sangat dibutuhkan untuk menopang sisi pemasaran buku. Hanya saja, karena sifat dunia perbukuan berbeda dengan industri yang lain, maka endorsement bisa didapat oleh penulis secara gratis (semoga hal ini dapat berlangsung selamanya). Terima kasih untuk para endorser dan terima kasih pula dunia perbukuan Indonesia!

Maka, saya selalu menganjurkan kepada rekan-rekan penulis untuk memanfaatkan endorsement ini. Bahkan saya berpandangan, endorsement wajib hukumnya demi memperbesar peluang keberhasilan buku kita. Terlebih lagi, endorsement bisa didapatkan dengan mudah dan hanya membutuhkan sedikit kesabaran dalam persiapan pengajuannya. Sayang kan kalau dilewatkan? Nah, bagaimana mendapatkan endorsement? Mudah kok caranya.

Pertama, kita harus menyiapkan naskah buku, bisa versi cetak (untuk narasumber penting atau tokoh masyarakat) atau cukup soft file (untuk narasumber yang sudah kita kenal dengan baik). Baik naskah cetak atau file digital (MS Word atau PDF), baiknya disertai pernyataan (disclaimer), bahwa naskah tersebut tidak untuk disebarluaskan dan dilindungi UU Hak Cipta. Ini demi menghindari naskah kita jatuh ke tangan orang yang tidak berhak. Jangan lupa, sertakan surat pengantar yang sopan dan rendah hati, lengkap dengan informasi singkat mengenai isi buku, nomor telepon, atau alamat yang bisa dihubungi untuk membalas permintaan kita. Dan tentu saja, sertakan deadline pemberian endorsement.

Kedua, menyiapkan nama dan alamat tokoh-tokoh yang hendak dimintai endorsement . Saya sarankan supaya Anda menyiapkan sekurang-kurangnya sepuluh nama dari berbagai latar belakang. Selain tokoh-tokoh yang relevan dengan tema buku, kita juga bisa minta dari sesama rekan penulis yang sukses, pimpinan lembaga tertentu, pimpinan atau wartawan media massa, bahkan untuk jenis buku tertentu sahabat terdekat pun bisa pula dimintai endorsement. Kadangkala, meminta endorsement d ari tokoh yang unik atau bidang garapnya sama sekali tidak berhubungan dengan tema buku juga bisa jadi “kejutan kecil” yang kreatif sifatnya.

Ketiga, untuk tokoh-tokoh tertentu yang amat sangat sibuk, kita bisa meminta endorsement dengan cara mempersiapkan rancangan endorsement-nya (jika berupa komentar singkat, kita bisa siapkan beberapa versi), dan kemudian dengan rendah hati meminta konfirmasi pada si tokoh apakah setuju namanya dipasang untuk endorsement tersebut. Saya pernah membantu klien yang meminta kata pengantar dari seorang pengusaha sukses yang sangat sibuk. Ternyata, klien saya sendiri yang diminta menuliskan kata pengantar atas namanya berdasarkan ide-ide yang dilontarkan si tokoh melalui telepon.

Keempat, rajin-rajinlah menghubungi si calon endorser, karena bisa jadi mereka terlalu sibuk. Untuk kasus calon endorsersibuk, kadang ada staf khusus yang membantu mereka membuat endorsement. Akan lebih cepat prosesnya jika kita mengenal asisten si tokoh tersebut dan keep in touch dengannya. Saya pernah membantu klien mendapatkan endorsement dari tokoh terkenal yang sibuk luar biasa. Jalur resmi sudah saya tempuh, tetapi bahan yang saya kirim malah ketelingsut entah ke mana. Akhirnya, yang jadi dewa penolong adalah staf khusus yang biasa membantu si tokoh ini dalam mengonsep endorsement atau kata pengantar. Untungnya, saya mengenal si staf khusus ini, sekalipun hanya kenal melalui email dan SMS.

Kelima, jangan memintkan endorsement untuk karya yang tidak lengkap (saya sudah bahas dalam artikel mengenai kelengkapan naskah) apalagi kalau naskah tidak bermutu (berdasarkan analisis obyektif). Untuk kasus semacam ini, memang ada saja calon endorser yang masih bersedia memberikan komentar-komentar pengukuhan, semisal karena hubungan pertemanan atau karena yang bersangkutan masih mencari medium untuk mem-brand dirinya melalui endorsement buku (ingat, endorsement juga berfungsi sebagai medium personal branding). Namun, untuk endorser yang kritis dan obyektif, hal semacam itu sulit terjadi. Jangan heran, jika permohonan endorsement kita didiamkan saja atau tidak direspon, maka ada kemungkinan situasi seperti inilah yang terjadi. Tapi jangan patah arang. Ini harus jadi cambuk untuk instrospeksi dan memperbaiki karya kita.

Keenam, jika buku kita sudah terbit, jangan lupa berterima kasih dengan mengirimkan buku tersebut (lengkap dengan tanda tangan dan ucapan khusus) kepada si endorser. Sekalipun mungkin pihak penerbitlah yang mengusahakan endorsement dari tokoh-tokoh tertentu yang tidak kita kenal secara langsung, namun sudah seharusnyalah kalau kita berterima kasih secara pribadi kepada mereka. Ini sudah menjadi semacam tata krama pergaulan. Mereka sudah membantu kita, bukan? Apalagi jika para endorser kita adalah orang media, maka mengirimkan edisi contoh merupakan kewajiban. Sebab, medialah yang berkemungkinan menulis resensi buku kita. Jadi, jangan abaikan mereka.

Oh ya, terkadang ada calon endorser yang bisa memberikan komentarnya tanpa harus membaca keseluruhan naskah buku kita. Jika demikian, kita cukup mengirimkan ringkasan atau poin-poin isi naskah, bisa melalui surat, email, faksimili, atau bahkan SMS sekalipun. Tentu saja, ini berlaku jika kita sudah cukup mengenal si endorser, atau kalau memang yang bersangkutan memintanya demikian. Ini bisa terjadi dan biasanya akibat kesibukan yang luar biasa dari si endorser.

Berdasarkan kasus semacam itu, apakah kita bisa meminta endorsement manakala naskah kita belum selesai seratus persen? Jawabnya bisa! Pada praktiknya, tidak semua penulis mengirimkan seluruh naskah bukunya untuk dibaca oleh calon endorser (sekalipun menurut saya, mengirimkan naskah lengkap adalah langkah yang terbaik). Semisal baru 50-70 persen saja sudah bisa dikirim untuk dimintakan endorsement. Kalau kita berhasil mendapatkan endorsement sebelum naskah rampung, barangkali kita bisa lebih bersemangat menyelesaikan naskah kita. Asyik, bukan?

Satu lagi yang terpenting dan ini berdasarkan pengalaman membantu sekian banyak klien dan penulis mendapatkan endorsement dari tokoh-tokoh penting. Sebagian calon endorser, apalagi yang sudah sangat sibuk dan namanya sangat terkenal, biasanya lebih menyukai pendekatan personal. Mereka lebih merasa dihargai apabila kita kirimkan naskah kemudian melakukan pendekatan secara pribadi. Bisa saja kita mengirimkan naskah melalui email, tapi usahakan tidak mengirimnya dalam satu paket kiriman (dengan mencantumkan email secara berbarengan dengan email calon endorser lainnya), kecuali untuk orang-orang yang sungguh-sungguh kita kenal. Hasilnya tidak akan maksimal.

Kalaupun cara itu terpaksa dilakukan, jangan lupa untuk terus mengontak si calon endorser secara pribadi, untuk menanyakan kesediaan dan kapan endorsement selesai ditulis. Dengan pendekatan yang bersifat personal ini, saya hampir tidak pernah gagal membantu klien dan penulis di penerbitan saya untuk mendapatkan endorsement. Bahkan untuk kasus-kasus yang paling dikejar deadline sekalipun. Tentu saja, ini merupakan buah hubungan baik dengan para tokoh tersebut. Oleh karena itu, jika suatu saat Anda menginginkan endorsement dari tokoh tertentu, upayakan selalu untuk kenal lebih dahulu jauh-jauh hari. Perkenalan lewat email pun kadang sudah cukup membantu. Nah, jika Anda sekarang sedang menyusun sebuah buku, jangan lewatkan kesempatan untuk mendapat endorsement. Selamat berburu endorsement dan semoga buku Anda sukses di pasaran. Salam Best Seller![ez]

(Bersambung ke artikel: Bagaimana Cara Memberikan Endorsement?)

* Edy Zaqeus adalah penulis buku-buku best-seller, konsultan penulisan & penerbitan, editor Pembelajar.com, dan trainer di Sekolah Penulis Pembelajar (SPP). Ia juga mendirikan Bornrich Publishing dan Fivestar Publishing yang berhasil menerbitkan sejumlah buku best-seller. Nantikan workshops Edy Zaqeus tentang “Membuat Blog Menjadi Buku”, “Cara Gampang Menerbitkan Buku Sendiri”, dan “Cara Gampang Menulis Buku Best-Seller” pada November-Desember 2007 ini (Info selengkapnya, hubungi SPP di 021-7828044). Edy dapat dihubungi di: https://ezonwriting.wordpress.com atau edzaqeus@gmail.com.